Tampilkan postingan dengan label Istilah dalam Literasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Istilah dalam Literasi. Tampilkan semua postingan

Satire: Arti, Jenis, dan Contoh

 

 


Artikel ini melengkapi versi singkat di Youtube:


 (Jika video tidak tampil, gunakan link ini: https://youtu.be/qL-JXj73Fto)

 

Definisi

Menurut Encyclopedia Britannica, satire merupakan bentuk artistik, terutama dalam sastra dan drama, yang mana kejahatan, kebodohan, 

penyalahgunaan, atau kekurangan manusia 

atau individu diangkat untuk DIKECAM dengan 

ejekan, ironi, parodi, karikatur, atau metode lain, 

kadang-kadang dengan niat untuk MENGILHAMI REFORMASI SOSIAL.

 


Satire sebagai Genre

Sebagai genre, satire berisi ironi, humor, atau ejekan yang digunakan untuk MENGKRITIK dan MENGEKSPOS kekurangan dalam sifat dan perilaku manusia.


Satire sering kali lucu, tetapi tidak harus. Dia juga tidak sama dengan parodi.


Satire sebagai Alat Sastra

Sebagai perangkat sastra, satire sering digunakan untuk mengkritik politik dan isu-isu topikal.


Brave New World (Aldous Huxley) adalah contoh sastra yang terkenal. Huxley menyindir sebagian besar konvensi (permufakatan) dan institusi sosial yang dianggap suci dan dicintai oleh masyarakat Barat yang "maju".  Termasuk di dalamnya adalah soal agama, monogami, dan kesetaraan sosial. Dalam novel ini, konvensi dan institusi itu dijungkirbalikkan sampai-sampai tokohnya menganut seks bebas dan memakai narkoba, termasuk satire terhadap pemisahan kelas sosial dan kontrol pemerintah. Huxley menyindir masyarakat kontemporer untuk memaparkan kepada pembaca tentang struktur moral yang sewenang-wenang dan sering kali munafik.


Medium

Termasuk literatur, film, dan musik. Bentuk lainnya adalah kartun/komik politik, puisi, bahkan seni visual.


Tujuan

Untuk MENGHIBUR penonton dan membuat mereka BERPIKIR LEBIH tentang suatu subjek.


Jenis Satire

Menurut Kyle DeGuzman, ada tiga jenis satire.

1. Horatian Satire

Memakai humor untuk mengolok orang atau kejadian dengan cara yang lucu.

Contoh: acara TV 'Saturday Night Live'


2. Juvenalian Satire

Lebih serius dan gelap daripada Horatian, sering dipakai untuk mengekspresikan kemarahan.

Biasanya dipakai dalam fiksi distopia.

Contoh: Animal Farm dan Fahrenheit 451


3. Menippean Satire

Satire yang mengkritik sistem kepercayaan umum

ketimbang seseorang atau individu.

Contoh: South Park


Contoh Cuplikan Satire

The Devil’s Dictionary oleh Ambrose Bierce adalah kumpulan definisi satire yang pedas.  Banyak menyoroti gagasan yang dianggap penting oleh masyarakat, seperti doa, pernikahan, dan persahabatan;  semua digambarkan dalam humor yang gelap.  Beberapa contoh isinya:

Cinta, kata benda.  Kegilaan sementara yang dapat disembuhkan dengan pernikahan.

dan

Sabar, kata benda.  Sebuah bentuk kecil dari keputusasaan, menyamar sebagai kebajikan.

Contoh Karya

- The Invisible Man (Ralph Ellison)

- Slaughterhouse-Five (Kurt Vonnegut)

- The Importance of Being Earnest (sandiwara satire tentang norma budaya cinta dan pernikahan di masa Victorian, oleh Oscar Wilde)

- Family Guy (serial kartun yang menampilkan satire soal masyarakat sosial menengah Amerika)

- Shrek (film kartun dengan satire terhadap dongeng)

- Deadpool (film yang memberi satire terhadap superhero)

- The Office (seri komedi yang menyelipkan satire tentang budaya kerja dalam perusahaan)

- Gangnam Style (lagu ini merupakan satire gaya hidup orang kaya di Korsel)


Narasumber

DeGuzman, Kyle. "What is Satire — 3 Types of Satire Every Storyteller Should Know". Studio Binder, 25 Juli 2021.

https://www.studiobinder.com/blog/what-is-satire-definition-examples/. Akses 12 Agustus 2021.


Elliott, Robert C.. "Satire". Encyclopedia Britannica, Invalid Date, 

https://www.britannica.com/art/satire. Akses 12 Agustus 2021.


"Satire". Literary Device, invalid date,

https://literarydevices.net/satire/. Akses 12 Agustus 2021


"Satire". Literary Terms, invalid date,

https://literaryterms.net/satire/. Akses 13 Agustus 2021



Legenda - arti dan contoh

 


Video ini membahas legenda dari segi arti, penggunaan, dan contohnya. Ini merupakan video lanjutan dari pembahasan soal mite.

Ada perbedaan tipis antara mite dan legenda. Meski sama-sama cerita yang diyakini kebenarannya dan bersifat kolektif, mite didominasi makhluk suci, sedangkan legenda diisi oleh manusia biasa yang seringkali mendapat bantuan dari makhluk gaib atau yang memiliki kekuatan tertentu. 

 Misalnya, saya merasa naga dan burung pheonix lebih masuk ke mite karena unsur religius atau sosialnya besar dalam budaya Cina. Sementara itu, monster Loch Ness tidak memberi dampak religius selain keingintahuan apakah makhluk itu benar ada atau tidak. 

Semoga penjelasan tambahan di sini membantu memahami mite dan legenda.

Mite atau Mitos

 



 Video terbaru membahas soal mite atau lebih dikenal sebagai mitos. Ini merupakan perkenalan singkat dari definisi, manfaat, dan contoh. Semoga membantu teman-teman dalam menulis.

Karya-karya besar banyak terpengaruh oleh mitos, termasuk Shakespeare memanfaatnya dengan baik dalam Macbeth. Film The Lighthouse secara masif juga memanfaatkan mitos dan mitologi. Artinya, menggunakan, membuat interpretasi baru, atau menceritakan versi baru sebuah mitos dapat dilakukan oleh pengarang. 

Selamat menikmati video ini.

Lisensi Puitika (Licentia Poetica) - Transkrip

 


 

Lisensi puitika disebut juga licentia poetica (Latin) atau poetic licence (Inggris).


Artinya kebebasan penyair dalam melakukan penyimpangan terhadap bahasa. 


Tujuannya untuk memperbarui bahasa.


Praktiknya dapat berupa penyimpangan bunyi bahasa untuk menciptakan efek fonetik atau irama dan rima.


Bisa juga dengan melakukan penyimpangan makna bahasa, yaitu teknik metafora.


Bentuk lainnya adalah mengubah kata benda menjadi kata kerja ataupun kata sifat.


Contoh:

Dalam karyanya, Julius Caesar, Shakespeare menulis: 

Friends, Romans, Countrymen, lend me your ears.

 

Seharusnya ada kata and setelah Roman.


Bentuk lain lisensi ini termasuk:

lisensi sastra, 

lisensi dramatis, 

lisensi historis, 

lisensi naratif, dan 

lisensi artistik.


Dalam lisensi dramatis ataupun historis, biasanya perubahan dilakukan dalam adaptasi buku menjadi film. Dalam film yang berbasis sejarah, kadang unsur sejarah disederhanakan. Bisa juga isi film melenceng dari versi buku. 


Sumber bacaan:

Kamus Istilah Sastra oleh Dwi Susanto. Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Cetakan I, 2015.


"What is Poetic License: Definition and Examples" oleh LISA, 22 November 2016. Situs Owlcation

https://owlcation.com/humanities/What-is-Poetic-License-Definition-and-Examples



Antagonis (transkrip video)


 

(Transkrip ini disediakan untuk teman-teman yang tidak bisa mengakses Youtube.)

Antagonis berasal dari kata antagonistēs.

Artinya lawan, kompetitor, penjahat, musuh, saingan.


"Antagonistēs" adalah bahasa Yunani.

"anti-" (melawan) dan "agonizesthai" (mendapatkan hadiah).


Meski salah satu artinya adalah penjahat, tidak berarti semua antagonis jahat.


Antagonis lebih sering diartikan sebagai orang yang berlawanan dari protagonis (tokoh utama).


Baik protagonis dan antagonis bisa sama-sama orang baik.


Antagonis juga bisa bertindak sebagai rintangan bagi protagonis.


Contoh:

1. Protagonis ingin mencuri.

Antagonis menghalangi.

2. Protagonis ingin pergi ke sekolah.

Antagonis mengajaknya membolos.


Antagonis sering menjadi sumber konflik dan moral bagi protagonis.


Contoh protagonis x antagonis

Hamlet x Claudius

Nobita x Giant

Naruto x Sasuke

Tom x Jerry


Manfaatkan antagonis untuk membuat plot jadi lebih menarik.


Kamu baru saja belajar tentang antagonis. 


Kalau suka, jangan lupa subscribe, like, dan share video ini, ya.


+++

 

Teks dan musik oleh Dessy Yasmita.

Sampel musik dari Bandlab.

 


Plot Twist: In Medias Res




In medias res adalah bahasa Latin yang artinya di tengah sesuatu. Dalam karya fiksi, termasuk puisi, istilah ini menggambarkan narasi yang langsung masuk ke tengah situasi kritis yang merupakan bagian dari deretan kejadian dan nantinya akan dikembangkan. Dalam bahasa yang lebih ringkas, cerita 'dimulai' dari pertengahan yaitu pada sebuah kejadian penting, baru kemudian mulai dari awal. Setelah dimulai di tengah, penulis kemudian bebas untuk menceritakan keseluruhan cerita dari awal atau menggunakan flashback.

Fungsi

In medias res, untuk saya, memaksa pembaca atau penonton untuk segera waspada bahwa cerita berada di titik kritis. Menurut Literary Devices, pembaca juga akan dipaksa untuk bertanya-tanya pada si pengarang, dalam artian bertanya-tanya apa yang terjadi dalam cerita. Hal ini memaksa pembaca atau penonton mempertanyakan segala aspek dan kejadian dalam cerita tersebut.

Ciri

Selain dimulai di tengah atau menjelang akhir cerita, tvtropes juga melihat in medias res biasanya melibatkan tokoh berada dalam situasi hidup dan mati. Meski, biasanya masih hidup.

Contoh

Contoh tertua dari penggunaan in medias res adalah The Illiad oleh Homer.

Dari dunia anime, Psycho-Pass dimulai dengan adegan perkelahian antara Shinya dan Makishima. Setelah itu cerita berjalan normal dari awal sampai akhirnya kita kembali menemukan adegan pertarungan itu. Pada Naruto Shippuuden, lima menit adegan pembuka, baru akan ditampilkan lagi setelah 40 episode.

Serial buku Twilight (Stephenie Meyer) selalu dibuka dengan teknik in medias res.

Video game Warriors Orochi, Persona 5, dan beberapa serial Final Fantasy juga memakai teknik ini (FF VII, X, XIII, XV)

Serial televisi seperti Breaking Bad memulai sekian menit cerita pada adegan yang menegangkan, membuat penonton bertanya-tanya, dan sulit meninggalkan kursi sebelum cerita flashback.

Untuk film, sutradara Christopher Nolan sering menggunakan teknik ini. Misalnya dalam Batman Begins, The Prestige, dan Inception

Narasumber "In medias res" oleh the Editors of Encyclopaedia Britannica
https://www.britannica.com/art/prequel
(Diakses tanggal 28 April 2020)

"In medias res" oleh Literary Devices
https://literarydevices.net/in-medias-res/
(Diakses tanggal 28 April 2020)

"In medias res" oleh tvtropes
https://tvtropes.org/pmwiki/pmwiki.php/Main/InMediasRes
(Diakses tanggal 28 April 2020)

"Plot twist" oleh Wikipedia
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Plot_twist
(Diakses tanggal 27 April 2020)

Plot Twist: False Protagonist (Protagonis Palsu)




Artikel ini mengandung spoiler (beberan)

False Protagonist atau kadang disebut decoy protagonist (Protagonis Palsu) adalah salah satu teknik plot twist yang cukup sering dipakai. Di sini, tokoh dibuat seolah-olah sebagai tokoh utama pada awal cerita, tetapi kemudian posisinya digantikan oleh tokoh lain. 

Apa manfaat menggunakan teknik ini? Teknik ini dipakai untuk membuat cerita lebih dikenang karena membuat pembaca atau penonton percaya bahwa tokoh tersebut tokoh utama, tetapi ternyata bukan.

Menampilkan protagonis atau tokoh utama palsu ini bisa dengan bermacam cara. 
A. Yang paling sering dipakai adalah dengan membunuh si tokoh. Misalnya dalam "Game of Thrones" musim pertama, penonton diyakinkan bahwa Ned Stark adalah tokoh utama cerita. Kematiannya pada episode terakhir membuat penonton terkejut dan menduga-duga siapa sebenarnya tokoh utama dari keluarga Stark. Dalam film "The Godfather", Vito Corleone adalah pemimpin keluarga dan menjadi pusat cerita sebelum ia sakit dan meninggal. Tokoh utama kemudian diganti oleh anaknya, Michael.

B. Masih dengan membunuh si tokoh, tetapi dengan memanfaatkan aktor ternama setelah muncul 5—15 menit. Tentu saja ini lebih cocok ke dalam produksi film. Contohnya, dalam film "Scream", aktris Drew Barrymore hanya bermain selama 15 menit. Namun, dalam promosi film, ia ditampilkan paling menonjol. Film lain yang menggunakan teknik ini adalah "Children of Men". Tokoh Julian yang diperankan Julianne Moore tampak sangat menjanjikan. Penonton akan berharap bahwa tokoh ini menjadi protagonis kedua dalam film. Apalagi dalam cerita, Julian adalah mantan istri tokoh utama. Saya tidak ingat tepatnya, tetapi tokoh Julian tewas dalam waktu 15—30 menit setelah tampil.

C. Menggeser tokoh yang tadinya protagonis menjadi antagonis. Dalam "Aladdin", cerita dibuka oleh sang penyihir yang melakukan perjalanan sulit dari Moroko ke Cina demi mendapatkan lampu ajaib. Sudut pandang ini baru diubah setelah ia membiarkan Aladdin terjebak di dalam gua. Cerita pun sekarang berasal dari Aladdin dan menjadikan si penyihir sebagai antagonis.

D. Menggeser tokoh utama pelan-pelan. Yang ini agak jarang karena tokoh utama dan tokoh pengganti biasanya sama-sama protagonis. Dalam serial anime "Psycho-Pass", tokoh Shinya yang tadinya menjadi sorotan, perlahan-lahan digantikan oleh Akane.  

Narasumber

"Decoy Protagonist" oleh tv tropes
https://tvtropes.org/pmwiki/pmwiki.php/Main/DecoyProtagonist
(Diakses tanggal 25 April 2020)

"False Protagonist", Wikipedia.
https://en.m.wikipedia.org/wiki/False_protagonist
(Diakses tanggal 25 April 2020)

"Plot twist" oleh Wikipedia
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Plot_twist
(Diakses tanggal 25 April 2020)

Pesan dan Moral: Apa dan Bagaimana



Topik ini mengandung beberan (spoiler)

Setiap cerita memiliki pesan. Bisa dalam bentuk moral, kebijaksanaan, kedewasaan, atau yang lainnya. Moral terbentuk jauh sebelum cerita ditulis, yaitu ketika masih dalam masa digodok. Kita kembali pada tema. Tema apa yang ingin kita sampaikan? Tema inilah yang menjadi dasar dari moral. Tema sendiri akan saya bahas terpisah, ya. Namun, supaya ada gambaran, tema itu semacam esensi dari cerita.

Menurut Steve Alcorn, tema itu pesan yang terkait dengan hasrat yang diinginkan oleh si pengarang. Jadi kalau hasratnya membahas soal lingkungan hidup, tema (pesannya) berupa pentingnya menjaga lingkungan hidup dari kerusakan. Jadi, tema = pesan.

Namun, tidak semuanya menganggap tema sebagai pesan. K. M. Weiland, misalnya, berpendapat bahwa tema sifatnya lebih umum, sedangkan pesan ditemukan dalam situasi cerita yang spesifik, yang mengilustrasikan prinsip-prinsip yang tematis. Jadi, kalau menurut Weiland, contoh tema dalam Jane Eyre adalah kepantasan diri (self-worth). Pesannya adalah bahkan cinta yang luar biasa tidak pantas untuk memperbudak jiwa kita.

Buat saya, melihat kaitan tema dan pesan atau moral itu bisa dengan cara:

Tema + kejadian dalam cerita dan hasil dari kejadian itu = moral/pesan.

Misalnya:
1. Cerita Orang-Orang Proyek (Ahmad Tohari) temanya korupsi. Kejadian dalam cerita adalah jembatan yang dibangun cepat rusak karena dana proyek dikorupsi. Pesannya: korupsi menguntungkan sebagian kecil pihak, tetapi lebih banyak memberi sengsara bagi rakyat.

2. Lelaki Harimau memiliki tema KDRT. Dalam cerita, KDRT yang dilakukan ayah si protagonis menyebabkan si protagonis dendam. Jadi pesannya: KDRT, baik verbal maupun fisik, menyebabkan luka psikologis yang ditanggung oleh seluruh anggota keluarga.

3. Lords of The Ring salah satu temanya adalah keserakahan. Contohnya Boromir dan Smeagol sangat ingin untuk menguasai cincin. Boromir tewas. Smeagol kehilangan wujud manusia dan pikirannya hanya dipenuhi soal cincin. Pesannya keserakahan tidak membawa kebaikan.

Lalu bagaimana kita menyampaikan sebuah pesan? Bisa terang-terangan maupun implisit. Hanya saja, kalau terang-terangan dan menggurui akan terasa kering dan membosankan jika pesannya merupakan kebenaran umum. Seperti, cuci tangan sebelum makan untuk mengurangi kuman, dendam itu tidak baik, mencontek itu salah, dll. Selengkapnya baca "Pesan (yang Menggurui)".

Nah, untuk menghindari pesan yang menggurui, Weiland menganjurkan dengan melalui empati, rasa peduli pada tokoh dan perasaan mereka. Misalnya, dalam Lelaki Harimau, pembaca akan berempati pada protagonis karena dia mengalami masa kecil yang cukup sulit, melihat bagaimana ibunya smenderita kekerasan seksual dan fisik. Meskipun pembaca tahu bahwa dendam dan membunuh salah, mereka memahami perasaan si protagonis dan dapat menyimpulkan sendiri pesan cerita ini.

Tidak semua orang bisa menangkap pesan sebuah cerita. Namun, separah-parahnya, saya selalu yakin, pembaca pasti bisa menemukan sesuatu, meskipun terasa kabur. Apalagi sebuah cerita biasanya bisa mengandung beberapa lapisan tema dan moral. Serial Harry Potter, misalnya, mengandung tema persahabatan, kerja sama, percaya pada diri sendiri, dll. Karangan saya, Badai, bertema cinta, dendam, pengkhianatan, dan maaf. Dengan begitu ada beberapa pesan dan salah satunya pasti bisa ditangkap oleh pembaca.

Pengarang tidak perlu mencemaskan bahwa pembaca tidak bisa menemukan pesan atau moral cerita. Ketakutan seperti ini hanya membuat cerita jadi menggurui dan membuat pembaca seolah-olah bodoh. 

Narasumber


How to Fix Your Novel oleh Steve Alcorn. Theme Perks Press, 2012.

"How To Teach a Moral In a Short Story" oleh Freelance Writing. (Diakses tanggal 20 November 2019)
https://www.freelancewriting.com/creative-writing/how-to-teach-a-moral-in-a-short-story/

"What's The Difference Between Your Story's Theme and Its Message?" oleh K. M. Weiland di Helping Writers Become Authors.com. Tanggal 14 Desember 2014.
https://www.helpingwritersbecomeauthors.com/storys-theme-2/ (diakses tanggal 23 November 2019)

Moral dan Mentor



Catatan: artikel ini saya batasi hanya menjelaskan hubungan mentor dan pesan moral.

Dalam cerita-cerita lokal ada kesan bahwa pesan moral harus diungkapkan secara eksplisit oleh tokoh berpengaruh. Padahal sebenarnya pesan moral sifatnya global, bahkan ditentukan jauh sebelum cerita ditulis. Kita bahas pada artikel "Moral: Apa dan Bagaimana".

Meski demikian, boleh-boleh saja tokoh tertentu memberi nasihat, asalkan tidak menggurui (karena menggurui itu klise). Biasanya tokoh yang memberi nasihat ini sepadan dengan 'orang tua bijaksana' entah dalam bentuk master silat, orang tua, guru, profesor, dukun, dll. Dalam bahasa yang ringkas, mereka biasanya disebut mentor.

Tokoh mentor tidak selalu berasal dari generasi tua. Dalam cerita remaja, biasanya teman sepermainan menjadi tempat curhat dan minta saran. Becca Puglisi menjelaskan betapa lebih masuk akal bagi remaja mendapat saran dari teman ketimbang orang tua. Kenapa? Karena sesama remaja lebih mengerti. 

Dalam cerita tertentu, orang dewasa atau anak-anak kadang belajar dari anak kecil atau makhluk lain. Misalnya dalam The Little Prince, menurut saya Sang Pangeran menjadi sumber kebijaksanaan bagi tokoh "aku". Dalam buku yang sama, rubah menjadi mentor bagi Sang Pangeran. Dalam Alice's Adventures in Wonderland (versi asli, bukan Disney) ulat bulu, Cheshire Cat, dan Gryphon adalah tokoh mentor. Sementara itu, Secret Garden juga memiliki beberapa mentor. Tokoh anak perempuan menjadi mentor bagi si tokoh anak lelaki. Namun, anak perempuan itu juga memiliki mentor yaitu tukang kebun.

Dalam arketipe karakter, tokoh mentor merupakan peran pembantu. Fungsinya menjadi penuntun protagonis dalam mencapai tujuannya. Dia bisa saja memberi nasihat, tetapi gak harus, ya. Kadang dia juga tidak ingin jadi guru (butuh suatu dorongan untuk menerima protagonis sebagai muridnya). Fred Johnson menekankan bahwa tokoh mentor gak harus bijak. Ingat, semua tokoh pasti punya kekurangan. Bayangkan kalau si mentor superbijak. Bakal panjang dia ngasih petuah. Mungkin si protagonis juga begah dengerinnya. Ujung-ujungnya berasa talk only, no action

Dalam cerita-cerita yang menarik, tokoh mentor tidak mencekoki protagonis dengan petuah. Tulisan Fred Johnson ini perlu diingat: tugas mentor itu bukan untuk memberi tahu (tell) si protagonis apa yang harus dipikirkan, melainkan mengajarkan bagaimana (how) caranya berpikir.

Bagaimana membuat si mentor mengajarkan how ketimbang tell? Menurut saya, bisa dengan memanfaatkan motto pendidikan dari Ki Hajar Dewantara: di depan jadi teladan, di tengah memberi semangat, dan di belakang jadi pendorong.

Untuk memahami lebih lanjut, baca Pesan Moral (yang Menggurui), "Moral dan Mentor" dan "Moral: Apa dan Bagaimana".

Narasumber

45 Master Characters: Mythic Models for Creating Original Characters oleh Victoria Lynn Schmidt. Penerbit Writer's Digest Book, Ohio. 2001.

"Guide Mentor" (Character Role Analysis, Alice's Adventures in Wonderland and Through The Looking-Glass) oleh shmoop 
https://www.shmoop.com/alice-in-wonderland-looking-glass/guidementor.html (diakses tanggal 23 November 2019)

"A Final Character Cliché … The Mentor" oleh Becca Puglisi di Writers Helping Writers.net. 28 Juli 2008.
https://writershelpingwriters.net/2008/07/a-final-character-cliche-the-mentor/ (diakses tanggal 23 November 2019)

"How (And Why) To Write A Mentor Character” oleh Fred Johnson di Standout Books Publishing Services. 16 Oktober 2017.
https://www.standoutbooks.com/write-mentor-character/ (diakses tanggal 23 November 2019)

How to Fix Your Novel oleh Steve Alcorn. Theme Perks Press, 2012.

"How To Teach a Moral In a Short Story" oleh Freelance Writing. (Diakses tanggal 20 November 2019)
https://www.freelancewriting.com/creative-writing/how-to-teach-a-moral-in-a-short-story/

JOKER untuk Pengarang



Halo sobat buku,

Kalau kamu berniat nonton "Joker" untuk pertama kali atau malah kedua kalinya dan kamu seorang pengarang (pemula atau lanjut), nah, sebaiknya kamu cermati film tersebut. Pelajari apa yang membuat film ini menarik, apa ide-ide besarnya, bagaimana film ini merajut konflik, dan lain-lain aspek.

Kalau bingung apa yang harus diperhatikan, gunakan daftar berikut ini:


Plot Twist: Eucatastrophe


Artikel ini mengandung beberan (spoiler)

Eucatastrophe (baca: yuu.ketas.tro.fi) merupakan sebuah istilah yang digagas oleh J. R. R. Tolkien yang bisa diartikan sebagai sebuah kejadian tiba-tiba yang memastikan si protagonis tidak menemui malapetaka mengerikan. 

Tolkien menggunakan bahasa Yunani yaitu prefiks 'eu' dan 'catastrophe'. Prefiks 'eu' berarti 'baik'. Sementara itu, 'catastrophe' atau katastrofe dalam KBBI V diartikan sebagai (1) malapetaka besar yang datang tiba-tiba (2) sebagai istilah sastra berarti akhir drama, terutama drama klasik yang bersifat tragedi.

Hal lain yang dibahas dalam artikel ini: fakta, ciri, dan tip membuat Eucatastrophe, perbedaannya dengan deus ex machina, dan contoh.


Cerita yang mengandung eucatastrophe biasanya meletakkan si tokoh dalam bencana yang berakhir dengan kesejahteraan (well-being) atau kebaikan si tokoh. Bukan sekadar happy ending, eucatastrophe memberi sukacita (joy). Timothy Willard menulisnya sebagai "ketika segala asa sepertinya hilang, keadaan sudah begitu suram, harapan muncul". 

Dalam bahasa yang sederhana, bisa diartikan begini: situasi sudah begitu buruknya. Si tokoh sepertinya tak punya harapan untuk memperbaiki atau menyelesaikan tugasnya. Eh, datanglah sesuatu yang menyelamatkannya. Yang baca sudah harap-harap cemas sampai menahan napas. Begitu situasi terselamatkan, pembaca pun girang setengah mati.

Tolkien mengatakan bahwa eucatastrophe tidak menyangkal kegagalan mendadak oleh protagonis, melainkan menyangkal kekalahan final universal dan merupakan evangelium (kabar baik), memberi secercah pandangan tentang Sukacita, [dan] kepedihan layaknya kesedihan. (Timothy Willard mengutip Tolkien on Fairy-Stories, Expanded Edition with Commentary and Notes oleh J. R. R. Tolkien, Verlyn Flieger, and Douglas A. Anderson. London: Harper Collins Publ., 2014.)

Sebagai ilustrasi, pembaca atau penonton cemas setengah mati apakah Gandalf bisa melarikan diri dari menara Sauron dalam Lord of the Rings. Ketegangan ini dijawab dengan datangnya burung raksasa ketika situasi Gandalf sangat terdesak. Pembaca/penonton mungkin akan berteriak girang, melompat-lompat, atau bahkan merasa lega. Perasaannya meluap, lebih dari sekadar senang, tetapi sukacita (girang).

Fakta seputar Eucatastrophe

- Istilah eucatastrophe pertama kali ditulis Tolkien dalam esainya "On Fairy-Stories" pada tahun 1942 (ada juga sumber yang mengatakan tahun 1947).
- Meski minat Tolkien adalah mitologi, eucatastrophe juga erat dengan pemikiran Tolkien terhadap gospel Kristen.
- Eucatastrophe berlawanan dengan catastrophe. Catastrophe berakhir dengan tragedi. Eucatastrophe berakhir dengan kebahagiaan.
-Tolkien berbagi diskusi dengan C. S. Lewis (pengarang serial Narnia) tentang kekristenan (termasuk eucatastrophe) yang kemudian menginspirasi Lewis untuk menulis esai "Myth Became Fact" pada tahun 1944.

Ciri Eucatastrophe

1. Eucatastrophe lebih dari sekadar akhir yang bahagia. Ia adalah kesukacitaan yang 'mengambil giliran'  dalam cerita (karena tidak ada akhir yang sejati pada setiap dongeng). Ia adalah anugerah yang ajaib, tidak akan bisa diandalkan untuk terulang kembali.
2. Tidak menyangkal adanya kesedihan dan kegagalan. Namun, ia menyangkal kekalahan akhir universal (universal final defeat),dan memberikan sekilas gambaran tentang Sukacita.
3. Tiba-tiba, tak diduga
4. Ajaib
5. Happy ending
6. Tokoh berada dalam situasi terdesak dan tidak ada jalan keluar
7. Masalah terselesaikan bukan karena si tokoh yang memiliki kontrol untuk menyelesaikannya, tetapi karena ada faktor luar atau intervensi, misalnya keajaiban.

Tip Membuat Eucatastrophe

- Pastikan si tokoh meyakini bahwa dirinya sudah di ambang malapetaka.
- Meskipun kejadiannya kecil, pastikan kejadian itu sangat penting bagi si tokoh.
- Kebaikan yang datang setelah pembaca yakin kalau yang terburuklah yang akan datang, harus diungkapkan dengan segera.
- Kejadiannya tidak harus membahayakan si tokoh
- Tidak harus terjadi di akhir cerita.
- Bisa berbentuk emosi, tidak harus selalu berbentuk plot.

Eucatastrophe vs. Deus Ex Machina

Susah-susah gampang untuk melihat perbedaan eucatastrophe dengan Deus ex machina. Secara umum keduanya sama-sama:
- tiba-tiba dan tak diduga
- ajaib
- tokoh berada dalam situasi terdesak dan tidak ada jalan keluar
- sama-sama bisa dipakai dalam drama dan komedi

Untuk cerita modern, Deus ex machina bisa tercampur dengan eucatastrophe. Misalnya film "Monty Python and the Holy Grail". Sebagai sebuah komedi, film ini digadang berbau Deus ex machina, padahal memiliki happy ending. Namun, karena plotnya kelihatan tidak masuk akal (polisi modern mendadak nongol di zaman Raja Arthur), akhirnya jatuh ke Deus ex machina.

Berikut perbedaan umum antara eucatastrophe dan Deus ex machina.

                                                                                                
EucatastropheDeus Ex Machina
masuk akaltidak masuk akal
happy ending bercampur dengan kesedihan dan kesalahanhappy ending menutup ending yang masih bolong-bolong
cocok dengan cerita sering kali tidak pas dengan cerita
datang dari dalam ceritakadang-kadang bukan dari dalam cerita
harapan adalah faktor pentingharapan bukan faktor
alami dari dalam ceritapalsu dan dipaksakan


Contoh

1. Lord of the Rings (buku/film)

a) Ketika Frodo merasa mustahil untuk membuang cincin ke api gunung berapi, Gollum datang mengambil cincin itu. Pembaca/penonton merasa kejahatan menang. Namun karena terlalu gembira, Gollum terjatuh ke dalam api bersama cincinnya. Dengan demikian, Sauron dan semua kelompok kejahatan yang bersekutu dengannya berhasil dilumpuhkan. Perang yang tengah terjadi pun terhenti. Dunia terselamatkan.

b) Meskipun kebaikan telah menang, Frodo merasa dirinya berbeda ketika pulang ke kampung Hobbit dan sebagai penutup dia meninggalkan kampungnya. Ini bagian eucatastrophe yang tidak menyangkal adanya kesedihan dan kegagalan.

2. Game of Thrones (buku/serial TV)

Dalam season 8, episode 3, Perang Winterfell menjadi pertarungan keras antara manusia dan white walkers. Pada saat situasi sudah genting (sepertinya pihak manusia sudah kewalahan dan banyak tokoh penting gugur), Bran Stark berhadapan langsung dengan Night King. Night King siap membunuh Bran. Tanpa diduga, Arya muncul dan membunuhnya. Seluruh pasukan white walkers lenyap dan manusia menang. Adegan ini contoh terbaik eucatastrophe di mata saya karena sebelum momen sukacita, momen Arya nongol sempat memberi sukacita, lalu penonton sempat merasa tidak punya harapan ketika Night King mencekiknya, dan kembali bersorak ketika pisau jatuh dan ditangkap oleh tangan Arya yang lain sehingga bisa menusuk Night King. Dan kali ini benar-benar sorak panjang. Ada banyak video reaksi Youtube yang bisa dipakai dalam mempelajari reaksi penonton saat menonton episode ini.

3. Harry Potter and the Deathly Hallows (buku)

Neville berusaha menahan laju Voldemort dan disiksa dengan Sorting Hat. Orang lain tak berani melawan Voldemort. Sementara itu, banyak tokoh baik terluka dan gugur. Kemudian centaur menyerang, Neville terbebaskan, dan Harry yang diyakini sudah tewas nongol sebagai Not Quite Dead and mengalahkan Voldemort.


Narasumber:

"Eucatastrophe" oleh Wikipedia.
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Eucatastrophe (diakses tanggal 27 Agustus 2019)

"Eucatastrophe: J. R. R. Tolkien and C. S. Lewis's Magic Formula for Hope" oleh Tim Willard. Situs A Pilgrim in Narnia. 21 Desember 2015.
https://apilgriminnarnia.com/2015/12/21/eucatastrophe/ (Diakses tanggal 27 Agustus 2019)

"Game of Thrones: 5 Hidden Bombshells Waiting to Rock the Battle of Winterfell". Artikel oleh Joanna Robinson di situs Vanity Fair.com. 28 April 2019.
https://www.vanityfair.com/hollywood/2019/04/game-of-thrones-melisandre-golden-company-bronn-bran-warg-crypts-secret-tunnels (diakses tanggal 27 Agustus 2019)

"Just A Fool's Hope: J. R. R. Tolkien's Eucatastrophe as the Paradigm of Christian Hope" oleh Margaret Bush di situs Scholar Crossing: Liberty University.
https://www.google.com/url?q=http://digitalcommons.liberty.edu/cgi/viewcontent.cgi%3Farticle%3D1328%26context%3Dhonors&sa=U&ved=2ahUKEwj06t21nqHkAhVBg-YKHdorAbM4ChAWMAB6BAgCEAE&usg=AOvVaw2JbPt9Ckg3fwpy074h5cMA (diakses tanggal 26 Agustus 2019)

KBBI V oleh Badan Pengembangan dan  Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Aplikasi v. 0.2.1 Beta

"Near-Villain Victory aka: Eucatastrophe" di situs TV Tropes.
https://tvtropes.org/pmwiki/pmwiki.php/Main/NearVillainVictory?from=Main.Eucatastrophe (diakses tanggal 28 Agustus 2019)

"Plot Twist". Wikipedia.
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Plot_twist (diakses tanggal 2 Agustus 2019)

"Plot Twist in Fiction: Making a Story Standout" oleh Francesca Turauskis. Artikel 15 Februari 2015.
https://the-artifice.com/plot-twists-in-fiction/ (diakses tanggal 2 Agustus 2019)

"The 10 Types of Plot Twists" oleh Chazda Hill. Artikel 8 Februari 2017.
http://greatstorybook.com/10-types-plot-twists/ (diakses tanggal 2 Agustus 2019)

"The Hobbit: Deus Ex Machina and Eucatastrophe" di-upload oleh Kenny di situs SlideServe.com. 27 Juli 2014.
https://www.slideserve.com/kenny/the-hobbit (diakses tanggal 26 Agustus 2019)

"WTHeck is this Narrative Technique Called Eucatastrophe?" oleh Chazda Hill. Ditulis tanggal 7 Maret 2016 di situs Great Story Book.
http://greatstorybook.com/wtheck-narrative-technique-called-eucatastrophe/ (diakses tanggal 28 Agustus 2019)

Plot Twist: Deus Ex Machina


Artikel ini mengandung beberan (spoiler)

Deus ex machina (baca: dèyus èks makina) adalah sebuah istilah dalam bahasa Latin. Jika diterjemahkan secara literal, artinya dewa dari mesin (god from machine). 

Bingung? Begini sejarahnya:

Dalam drama Yunani dan Romawi kuno, sering kali dewa turun dari langit untuk menyelesaikan masalah dari cerita tersebut. Nah, biasanya aktor pemeran sang dewa akan diderek turun oleh alat yang disebut 'mechane'. Jadi permesinan dalam dunia drama sudah ada sejak abad ke-5 SM. (Britannica.com). 

Dalam cerita, Deus ex machina biasanya orang atau benda yang datang tiba-tiba dan memberikan solusi yang dibuat-buat terhadap masalah yang tak terpecahkan.

Plot Twist: Chekhov's Gun


Artikel ini mengandung beberan (spoiler)

Chekhov's gun atau Senapan Chekhov adalah sebuah konsep yang intinya segala elemen dalam cerita harus memberi kontribusi secara keseluruhan. (Now Novel)

Bingung? Dalam bahasa yang sederhana, konsep ini menekankan bahwa apa pun yang kita letakkan ke dalam cerita harus memiliki fungsi.


Plot Twist: Anagnorisis



Artikel ini mengandung beberan (spoiler)

Anagnorisis (a.na.gno.ri.sis) atau penemuan adalah sebuah momen ketika tokoh mendapatkan pencerahan tentang jati dirinya atau orang lain. Pengetahuan baru inilah yang mengubah pemahaman tentang dirinya. Plot twist ini sifatnya internal. 

Fitur khusus:
- Anagnorisis biasanya datang setelah plot twist lain yang disebut Peripeteia.
- Dengan teknik ini, informasi karakter yang tersamarkan kemudian dibuka.
- Anagnorisis boleh dibilang sebagai salah satu teknik plot twist tertua.
- Salah satu contoh cerita klasik yang memakai anagnorisis adalah Oedipus Tyrannus (atau Oedipus Rex) karya Sophocles yang pertama kali ditampilkan pada tahun 429 SM.

Contoh

Oedipus Tyrannus (atau Oedipus Rex)

Oedipus, raja Thebes, menyuruh kakak iparnya bertanya pada peramal mengapa ada penyakit di negerinya. Si peramal memberi tahu bahwa penyakit itu merupakan kutukan karena pembunuhan raja sebelumnya, Laius. 

Oedipus memanggil Tiresias, orang suci. Tiresias mengatakan bahwa Oedipus adalah si pembunuh yang ia cari. Marah, Oedipus menghina Tiresias dan sebelum pergi Tiresias menyiratkan, si pembunuh adalah warga Thebes, abang dan ayah bagi anak-anaknya; anak dan suami dari ibunya sendiri.

Jocasta, istri Laius yang kini istri Oedipus, mengingatkannya pada ramalan lama yang mengatakan Laius dibunuh anaknya sendiri, tetapi tidak terbukti. Soalnya Laius terbunuh bandit. 

Hal ini bikin Oedipus waswas. Bertahun yang lalu, ada orang mabuk yang menuduh Oedipus bukan anak ayahnya. Ia kemudian pergi ke peramal yang mengatakan bahwa suatu saat ia akan membunuh ayahnya dan meniduri ibunya. Sejak saat itu ia meninggalkan kotanya dan sempat ribut dengan sekelompok pengelana dan membunuh mereka, tepat di daerah tempat Laius terbunuh. Berdasarkan deskripsi Jocasta, Laius mati diserang beberapa orang. Jika demikian, Oedipus aman. 

Pada akhirnya Oedipus menemukan benang merah bahwa waktu kecil ia dibuang dan dia anak kandung Laius. Ibunya, Jocasta, memberikannya pada seorang gembala, agar ramalan Laius dibunuh anaknya tidak terjadi.

Kisah 1001 Malam, bagian "Tiga Buah Apel"

  Cerita berawal dari penemuan mayat perempuan. Jaksa diperintahkan untuk menemukan pelaku, kalau tidak, ia yang akan dihukum mati. Saat gagal, dua orang maju, masing-masing mengaku sebagai pembunuh. Pria yang lebih muda bisa membuktikan ceritanya. Orang yang lebih tua adalah ayah mertua yang ingin menyelamatkan hidup menantunya. 

Istrinya minta dibelikan apel khusus, jadi si pria ini pergi ke kota lain untuk mendapatkannya. Saat kembali, apel itu tidak dimakan. Namun, si suami menemukan seorang budak membawanya. Kata si budak, apel itu dari kekasihnya, dibelikan oleh suaminya. Karena marah, si suami membunuh si istri dan membuang jasadnya ke sungai.

Ketika pulang, si anak mengaku mengambil satu apel yang kemudian dicuri si budak. Anak itu sempat bercerita pada si budak soal perjalanan ayahnya. Si ayah kemudian dibebaskan. 

Protagonis kita kemudian harus menemukan budak tersebut. Namun, sudah masuk tenggat, si budak gagal ditemukan. Sebelum protagonis dihukum, ia sempat memeluk anak perempuannya dan menemukan apel itu di kantong baju anaknya. Si anak kemudian bercerita bahwa ia membawanya dari budak mereka. Jadi, tersangka selama ini adalah budak si protagonis sendiri.

"The Sixth Sense" (film)

Tokoh utama membantu seorang anak yang bisa berbicara dengan hantu. Ternyata, dia sendiri adalah hantu.

Narasumber:

"Oedipus Rex". Wikipedia.
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Oedipus_Rex (diakses tanggal 3 Agustus 2019)

"Plot Twist". Wikipedia.
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Plot_twist (diakses tanggal 2 Agustus 2019)

"Plot Twist in Fiction: Making a Story Standout" oleh Francesca Turauskis. Artikel 15 Februari 2015.
https://the-artifice.com/plot-twists-in-fiction/ (diakses tanggal 2 Agustus 2019)

"The 10 Types of Plot Twists" oleh Chazda Hill. Artikel 8 Februari 2017.
http://greatstorybook.com/10-types-plot-twists/ (diakses tanggal 2 Februari 2019)

"The Three Apples". Wikipedia.
https://en.m.wikipedia.org/wiki/The_Three_Apples (diakses tanggal 3 Agustus 2019)

Plot Twist: Jenis, Aplikasi, dan Contoh

Foto dari Pixabay


Artikel ini mengandung beberan (spoiler).

Dalam dunia cerita, plot twist memberi kenikmatan dan kepuasan bagi pendengar atau pembaca karena pergerakan cerita jadi tak terduga. Siapa sangka Ned Stark (Game of Thrones) bakal dipenggal pada episode penutup musim pertama? Siapa juga yang bakal menyangka Daenerys berujung jadi 'jahat'? Siapa yang terbawa pikiran kalau Aringarosa (Da Vinci Code) tokoh jahat, padahal bukan? Siapa pula yang bakal kepikiran kalau tokoh dalam Fight Club sebenarnya berkepribadian ganda?

Contoh di atas merupakan plot twist. Plot twist merupakan teknik literasi yang mengubah plot secara radikal dari plot yang seharusnya (Wikipedia). Istilahnya, kalau seharusnya Plot A berlanjut B, yang terjadi di sini bisa saja belok ke Plot M. Bisa pula malah dipingpong dengan plot maju dan mundur.

Beberapa hal yang terkait plot twist:
- Plot twist membuat cerita jadi menarik.
- Biasanya memberi kejutan, hal tak terduga bagi pembaca menjelang akhir cerita.
- Kebanyakan plot twist dipakai dalam cerita misteri dan thriller.
- Beberapa teknik plot twist membutuhkan pengaburan (foreshadowing), salah arah (misleading), atau menahan informasi (withholding information).
- Sebuah cerita bisa saja mengandung beberapa plot twist yang berbeda.
- Plot twist bisa saja terjadi di pertengahan atau awal cerita. Contohnya dalam Game of Thrones, Ned Stark yang kita kira tokoh utama cerita tersebut, tewas di akhir musim pertama tayang dari 8 musim. 
- Plot twist yang salah garap menghasilkan plot klise atau tertebak pembaca/pendengar/penonton.
- Plot twist seharusnya dibuat untuk kebaikan cerita, bukan untuk mengejutkan atau menipu pembaca/pendengar/penonton. 

Jenis plot twist:
- Anagnorisis 
- Chekhov’s Gun
- Deus ex machina
- Eucatastrophe
- False protagonist
- In media res
- Non-linear narrative
- Peripeteia
- Poetic Justice
- Red herring
- Reverse chronology 
- Unreliable narrator

Karena pembahasannya banyak, saya putuskan untuk membuat artikel terpisah untuk tiap istilah.

Narasumber:

"Plot Twist". Wikipedia.
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Plot_twist (diakses tanggal 2 Agustus 2019)

"Plot Twist in Fiction: Making a Story Standout" oleh Francesca Turauskis. Artikel 15 Februari 2015.
https://the-artifice.com/plot-twists-in-fiction/ (diakses tanggal 2 Agustus 2019)

"The 10 Types of Plot Twists" oleh Chazda Hill. Artikel 8 Februari 2017.
http://greatstorybook.com/10-types-plot-twists/ (diakses tanggal 2 Februari 2019)

Literary Devices


Halo sobat buku,

Literary devices bisa diterjemahkan sebagaimana adanya sebagai alat literasi. Saya tidak terlalu yakin istilah ini populer di Indonesia. Namun, elemen-elemennya cukup umum didengar. Pada dasarnya, alat literasi merujuk pada struktur yang biasa dipakai penulis untuk menyampaikan pesan dalam ceritanya kepada pembaca. Penggunaan alat literasi membantu pembaca dalam mengartikan, menginterpretasi, dan menganalisa cerita.

Menurut situs literarydevices.net, sebenarnya alat literasi ini bisa dipecah dua: elemen literasi dan teknik literasi.

Majas Metonimia, Litotes, dan Hiperbola


Ketiga majas di bawah ini masuk majas perbandingan.

Metonimia

Majas yang satu ini menggunakan nama barang, merek, ciri khas sebagai pengganti (penyebutan) barang itu sendiri.

Contoh:
BMW itu melaju kencang. (Merek BMW menggantikan kata mobil)
Satpam membariskan honda berdasarkan warna. (Honda menggantikan kata motor dan belum tentu semuanya memang merek itu.)

Litotes

Litotes merupakan majas yang berupa pernyataan, yang memperkecil atau melemahkan sesuatu untuk menyatakan sesuatu yang kuat atau besar. Fungsi majas litotes adalah untuk merendahkan diri.

Contoh:
Maaf, ya, makanannya cuma kecil-kecilan. (Padahal jamuannya cukup baik, bisa jadi malah mewah)
Selamat datang di gubuk kami. (Padahal rumahnya bukan gubuk, melainkan rumah KPR yang cukup bagus)

Hiperbola

Majas hiperbola melukiskan sesuatu dengan mengganti peristiwa atau tindakan yang sesungguhnya dengan kata-kata yang lebih hebat.

Contoh:
Aduh, macetnya! Benar-benar tua di jalan. (Tua di jalan maksudnya buang-buang waktu atau sia-sia. Perjalanan itu sendiri tidak mungkin menyebabkannya tua.)
Panasnya hari ini bikin wajahku meleleh. (Panasnya hari membuat si pembicara berkeringat banyak, tetapi wajahnya tidak meleleh).


Narasumber:
Intisari Sastra Indonesia untuk SMP dan SMA oleh Yadi Mulyadi, Ani Andriyani, dan Auliya M. Fajwah. Penerbit Yrama Widya, Bandung. 2016.
Mengayakan Kalimat dan Imajinasi, Panduan No. 1 Menjadi Penulis Andal dan Profesional oleh Burhan Fanani, S.Pd.. Penerbit Araska, Yogyakarta. 2016.

Teks, Subteks, dan Konteks



Beberapa minggu ini ketika wara-wiri di Youtube saya menemukan video edukasi tentang dialog dalam film. Meski selama ini saya sudah punya konsep membuat dialog menarik itu seperti apa, ternyata video-video ini menampilkan teori lain yang cukup menarik. Misalnya, saya selama ini tidak tahu perkara teks, subteks, dan konteks. Padahal pengetahuan ini krusial untuk dipahami.

Dulu saya pernah menulis tentang semiotika. Teks, subteks, dan konteks hampir mirip pemahamannya dengan semiotika. Dalam semiotika kita melihat sebuah kata atau informasi kemudian melihat bagaimana ia dikirim dan diterima. Semiotika berbicara banyak soal konteks.

Makna

Teks merupakan kata yang tertulis. Tidak harus satu. Bisa berupa frasa maupun kalimat. Dalam sebuah cerita, teks hanya memiliki makna yang sebenarnya. Jika tokoh berkata, “Berlian.” artinya memang batu berlian. Teks merupakan lapisan permukaan dari lapisan lain yang lebih dalam: subteks.

Subteks adalah daya emosional yang terkandung dalam sebuah ide atau pikiran. Ia merupakan niatan si tokoh yang terdiri dari kondisi emosional, keinginan, hasrat, tujuan, dll. Dalam subteks, ada pesan tersembunyi, pesan implisit yang harus ditemukan oleh pembaca atau pendengar. Jadi, ketika tokoh mengatakan sesuatu, pesan tersembunyi itulah yang seharusnya ditangkap, bukan kata-kata yang mereka ucapkan. Contoh, ketika tokoh berkata, “Berlian.”, bisa jadi yang ia maksud adalah orang yang cerdas atau cemerlang.

Hingga di sini, timbul pertanyaan. Mengapa kita tidak bisa memastikan pesan di balik kata ‘berlian’? Bisa saja berlian itu nama orang, ‘kan? Ini terjadi karena kita tidak memiliki konteks.

Konteks merupakan hal yang menjadi pegangan pembaca atau pendengar, berisi informasi yang dibutuhkan seperti siapa nama tokohnya, sedang di mana, hari apa, dll. Konteks memuat setting, hubungan (relationship) yang sebelumnya ada, dinamika kekuatan, dan aturan dunia yang dinavigasikan si tokoh. Jadi, kalau tokoh mengacungkan surat sambil berteriak, “Dari Berlian!”, kita segera mengasosiasikannya dengan nama orang. Bisa juga ada paragraf atau bab terdahulu yang menjelaskan siapa tokoh Berlian itu.


Gampangnya:

Teks itu kata (penanda, signifier).
Subteks itu niatan atau kode (makna di bawah penanda).
Konteks itu setting dan worldview.


Dari sini muncul lagi pertanyaan baru: mana yang lebih dulu?

Konteks sangat penting untuk dibangun lebih dulu. Mengapa? Karena dengan adanya konteks, pembaca atau pendengar memiliki akses terhadap makna yang jelas (clear meaning) dan secara emosional akan terlibat.


Manfaat

Dialog yang hanya terdiri dari teks tanpa diselingi subteks akan terasa membosankan.

Contoh:

Sebuah keluarga bersiap berangkat pagi hari.
Anak: pagi, Ma, Pa.
Mama: Pagi, Sayang.
Papa: Pagi.
Anak: Pa, uang jajanku untuk minggu ini belum dikasih.
Papa: ini.
Ayah dan anak kemudian keluar menuju mobil. Di rumah tetangga, nyonya rumah sedang menyiram bunga.
Anak: pagi, Tante Chan!
Tetangga: Eh, pagi. Dah mau berangkat, ya?


Dialog ini tidak memiliki tujuan lain selain apa yang terjadi saat itu.


Contoh lain:

A bertamu ke rumah B untuk mengerjakan tugas sekolah. Ketika waktunya makan malam …
B: makan, yuk. Udah disiapin nih.
A: aduh, aku masih kenyang. (pesan sebenarnya: aku segan)
B: udah santai aja. Gak ada siapa-siapa ini! (pesan sebenarnya: aku tahu kamu segan)

Contoh ini memperlihatkan subteks memberi peranan tarik ulur antara si A dan B sampai akhirnya A menyerah.

Obrolan tentang politik biasanya juga sarat dengan lapisan dalam. Perang kata-kata tidak frontal, tetapi lawan bicara (dan pembaca/pendengar) paham apa yang dimaksud si pembicara. Selain itu, bisa juga subteks terjadi ketika pembicaraan terjadi dalam situasi tertekan. Misalnya, ketika menghadapi kesulitan atau kemalangan. Orang cenderung tidak mengatakan terus terang. Biasanya mereka menyampaikan secara tidak langsung.

Contoh:
Ada orang yang mengatakan, “Mana si A? Mana?” Meski diucapkan dengan kemarahan, sebenarnya si pembicara ingin menyampaikan pesan kalau ia cemas karena A belum tiba setelah ditunggu sekian lama.

Contoh lain subteks, yang tak harus ‘arti terselubung’ adalah tema. Kadang, penulis bisa meletakkan tema atau ide penting dari keseluruhan cerita dalam sepenggal kalimat bersubteks. Misalnya dalam “Pride and Prejudice”, ada sebuah kalimat:

It is a truth universally acknowledged that a single man in possession of a great fortune, must be in want of a wife.

(Sudah merupakan kebenaran universal bahwa seorang pria single yang memiliki kekayaan pasti menginginkan istri)

Kalimat di atas merupakan subteks dalam bentuk majas ironi. Artinya apa yang tampak bertentangan dengan kenyataan atau yang dipikirkan si tokoh (atau bahkan si penulis). Buku ini juga mempunyai tema besar tentang rasa cinta yang datang bukan karena harta. Jadi penggalan kalimat di atas merupakan subteks atas dua hal: tema cerita dan ironi.

***


Jika kalimat dalam teks lebih penuh, subteks akan ikut penuh, sementara konteks akan menjadi lebih spesifik. Dengan begitu, pembaca atau pendengar lebih terprovokasi untuk mencari koneksi, mengisi kekosongan antarkata dan artinya.

Artinya? Penulis telah membangun investasi audiens (audience investment) biasanya dalam bentuk investasi emosi. Pembaca atau pendengar merasa memiliki wawasan spesial tentang dunia si tokoh. Inilah yang kemudian disebut illusion of intimacy atau ilusi kedekatan yang membantu penulis membuat tokoh yang menarik.


Untuk pemahaman lebih mendalam, silakan baca dan tonton video dari alamat yang saya sematkan ini:
Thought.co: “Understanding Subtext” oleh Richard Nordquist.
https://www.thoughtco.com/subtext-definition-1692006https://www.thoughtco.com/subtext-definition-1692006

Writer’s Digest: “Creating Setting and Subtext in Your Fiction” oleh Cris Freese
https://www.writersdigest.com/editor-blogs/there-are-no-rules/creating-setting-and-subtext-in-your-fiction

Youtube: “Dialogue Part 1: Text, Subtext, Context” oleh The Art of Story https://youtu.be/Ge0b5EPdL8I

Youtube: “How to Write Great Dialogue” oleh The Closer Look https://youtu.be/hEgsIV98ZmU

Pencarian Artikel

Entri yang Diunggulkan

Samurai Seven: Siapa Pemenang Sebenarnya

Inilah salah satu cerita terbaik yang pernah saya tonton. Baik versi asli maupun anime sangat menarik. Seven Samurai (1954) memiliki be...

Artikel Terpopuler Minggu Ini