Tampilkan postingan dengan label Sosial Budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sosial Budaya. Tampilkan semua postingan

Legenda - arti dan contoh

 


Video ini membahas legenda dari segi arti, penggunaan, dan contohnya. Ini merupakan video lanjutan dari pembahasan soal mite.

Ada perbedaan tipis antara mite dan legenda. Meski sama-sama cerita yang diyakini kebenarannya dan bersifat kolektif, mite didominasi makhluk suci, sedangkan legenda diisi oleh manusia biasa yang seringkali mendapat bantuan dari makhluk gaib atau yang memiliki kekuatan tertentu. 

 Misalnya, saya merasa naga dan burung pheonix lebih masuk ke mite karena unsur religius atau sosialnya besar dalam budaya Cina. Sementara itu, monster Loch Ness tidak memberi dampak religius selain keingintahuan apakah makhluk itu benar ada atau tidak. 

Semoga penjelasan tambahan di sini membantu memahami mite dan legenda.

Kelemahan Novel Online Masa Kini

 


 Tulisan ini merupakan opini saya dari sebuah pertanyaan di Quora tentang kelemahan novel Indonesia di Wattpad atau media lainnya. Sebagai kenang-kenangan dan arsip, jawaban saya atas sebuah pertanyaan akan saya pos di blog.

Saya tambahkan dari yang sudah ada:

  1. Pengarang jumawa yang kalau dikritik bisa ngamuk atau fans-nya (saya lebih suka menyebut 'dayang-dayang') yang maju perang. "Pokoknya cerita saya sudah sempurna" atau malah defensif: "Kan, saya masih pemula". Kritik masih dianggap tabu dan menjatuhkan. 
  2. Kemampuan berpikir kreatif yang masih anjlok. Cerita satu pengarang mirip-mirip dengan yang lain, serasa baca fotokopian. Apa yang lagi tren ditiru. Yang penting instan terkenal. Akhirnya cerita biasa saja.
  3. Karena mengharap yang serba instan, isi bukan prioritas. Tulisan berantakan, PUEBI nol, logika jongkok tidak mengapa. Yang penting dibaca 15 juta kali.
  4. Usia 13 - 15 tahun sudah jago bikin cerita selengkengen. Bahkan tidak malu-malu bikin promo di grup-grup di FB. Namanya cerita selengkengan ya jangan harap ada kualitasnya. Itu pun saya dengar banyak diterbitkan oleh penerbitan, meski bagian lendirannya dibuang.
  5. Untuk yang sudah berumur sama saja, nulis cerita selengkengan berbalut malam pertama, pelakoran, perkosaan, inses, dan sejenisnya. Ini biasanya di grup emak-emak menulis.
  6. Cerita superklise yang dimulai dengan bangun tidur, hari pertama sekolah, tabrakan terus jadi suka. Atau super-salah kaprah seperti psikopat bucin, CEO yang kerjanya cuma ngurusin sekretarisnya (gak jelas perusahaannya di bidang apa, tidak pernah ada jargon ekonomi, yang penting perutnya ada 12 roti deret).
  7. Selera pembaca yang ingin cerita yang ringan, bahkan pernah saya lihat meminta cerita minim (atau bahkan tanpa) konflik. Jadi tidak ada bedanya dengan sinetron televisi dengan target penonton gak mau mikir dan bisa sambil menyetrika.

Dengan tren dan keinginan seperti di atas, ya jangan mengharap cerita di Wattpad (dan beberapa aplikasi yang terkenal dengan iklan berbau perlendiran) bagus. Ini berbeda dengan sistem di Storial, Kwikku, atau Cabaca yang memang didampingi editor (beneran). Tidak adanya kontrol membuat orang bebas menulis apa saja dan karena budaya instan, jauh lebih penting eksistensi ketimbang kualitas. Plus ketidakbolehan untuk dikritik membuat pengarang hidup dalam tempurungnya.

 

Itu jawaban saya yang hanya melengkapi jawaban-jawaban yang sudah masuk. Saya tidak bilang cerita di Wattpad jelek semua. Namun, inilah wajah mayoritas kualitas tulisan di Wattpad: tema seragam, isi fotokopian, ketidakmampuan berpikir logis dan kreatif, mengutamakan eksistensi sehingga urusan moral (dan hukum) nanti saja dipikirkan. Yang penting dibaca 15 juta kali, kan?

Punya opini sendiri? Boleh tulis di kolom komentar.

Per-bully-an: Antara Fiksi dan Fakta

 


Beberapa bulan yang lalu saya mengadakan riset kecil-kecilan tentang bully (perundungan) sebagai stereotip dalam cerita remaja. Dari situ saya mendapat banyak masukan. Ketimbang menjawab dari sisi fiksi, lebih banyak yang cerita bagaimana perundungan yang terjadi di sekitar responden. 

Untuk memudahkan, saya akan bagi pembahasannya jadi dua bagian. Dari segi fiksi dan fakta lapangan.

Fiksi

Meski kebanyakan cerita fiksi terbit profesional, banyak remaja yang sekarang menulis cerita di platform seperti Wattpad. Komunitas yang menjadi sasaran tanya saya juga komunitas penulis dan pembaca Wattpad (Forum Wattpader Indonesia) dengan respon dari usia remaja hingga dewasa. 

Dari tanggapan mereka, rasanya kebanyakan cerita remaja menggambarkan perundungan dilakukan oleh 
-remaja yang cantik atau ganteng
-populer dan atau kaya
-biasanya tidak sendirian, memiliki geng.
-di dalam geng itu biasanya si 'bos' yang aktif merundung. Yang lain ikut-ikutan.
-bad boy atau bad girl, tetapi tidak sesuai dengan definisi bad boy yang sebenarnya.
-anak donatur sekolah atau anak pejabat
-ada pembaca yang merasa bahwa tokoh perundung dihadirkan hanya demi membuat konflik dan agar pembaca bersimpati pada tokoh yang dirundung
-bertubuh kekar (cowok)
-perundung cewek cenderung ke body shaming
-pelaku orang yang cerdas (misalnya juara olimpiade matematika) 
-queen bee dan atau pintar dandan
-pelaku adalah kakak kelas (cewek atau cowok) 

Saya rasa, tanggapan dari Dian Fajarianto perlu saya kutip di sini:
"Taktik bully-annya banyak sih. Tapi secara garis besar ada yang main fisik, main verbal, dan make trik psikologis (mengucilkan, nge-prank, ngejebak, dan apa pun yang bisa menghancurkan harga diri korban). Pem-bully cowok biasanya suka main fisik/kekerasan. Tipe yang sering dipake itu Jerk Jock (anak tim olahraga yang songongnya bukan main, apalagi mereka punya keunggulan fisik dibanding tokoh lain).

"Pem-bully cewek biasanya pake taktik verbal. Ngata-ngatain, bikin target merasa bersalah meski nggak tau salahnya apa, dan menjelek-jelekkan apa pun dalam diri korban yang tak disukai pelaku. 

"Kedua tipe pem-bully itu, kalo populer, juga bisa pake taktik psikologis nonverbal kayak menghasut orang banyak buat mengucilkan korban, atau bikin korban nggak nyaman di kelas/sekolah (gaslighting). Taktik ini yang paling berbahaya sebenarnya. Karena susah membuktikannya daripada bullying fisik dan verbal (fisik bisa aja ada bekasnya, ucapan bisa direkam atau screenshot, kalo itu cyberbullying). Parahnya kalo orang-orang udah merasionalisasikan tindakan mereka dan berpikir bahwa pelaku memang benar, menganggap korban pantas di-bully, bahkan orang yang gak ada kaitannya pun bisa ikut nge-bully.

"Karena ketiadaan bukti itu, biasanya guru/ortu lepas tangan dan menganggap, "Ah, cuma candaan biasa". Perlu kepekaan memang, tapi orang yang peka bakal dicap baperan, gak ngerti lelucon, dan bisa jadi korban berikutnya. Gitu aja terus sampai tau-tau ada yang wafat."

 

Fakta

Sedikit terkejut saya mendapati bahwa di dunia nyata, perundungan masih mirip-mirip dengan versi buku, tetapi variannya lebih luas.
-remaja cantik atau ganteng, tetapi bisa juga dilakukan oleh mereka yang tampangnya biasa saja
-merasa cantik atau ganteng, merasa populer, termasuk merasa pintar, kaya, dll.
-populer atau kaya tidak selalu jadi patokan. Sering juga pelaku adalah dari kelompok ekonomi menengah ke bawah. Yang kaya jadi korban palakan dan yang miskin dirundung secara fisik.
-tergantung situasinya, perundung bisa saja sendirian atau berkelompok. Kadang di dalam kelompok itu ada kelompok yang lebih kecil lagi.
-sindir-menyindir dan bersikap dramatis (cewek)
-tidak tertutup kemungkinan bahwa pelaku anak yang pintar dan berprestasi. 
-pelaku bisa jadi kakak kelas.
-bentuk perundungan bisa fisik maupun verbal.
-memiliki benda tertentu (misalnya motor) sehingga merasa hebat
-orang atau kelompok yang dianggap berbeda dianggap sebagai musuh.

Menyikapi

Cukup menarik bahwa fiksi dan fakta sepertinya saling silang. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagi saya sendiri: apakah ini bentuk life imitates art atau art imitates life?

Hal yang tadinya saya anggap fiksi yang bombastis, ternyata ada dalam dunia nyata. Kalau saya pikir-pikir, banyak memang, kasus perundungan fisik yang mengerikan di dunia nyata. Tidak sedikit korban perundungan yang tewas akibat kekerasan tersebut. Begitu pun dampak psikis kepada korban, yang jika terlalu dalam sakitnya, bisa membuat mereka memutuskan bunuh diri. 

Harapan

Saya sengaja tidak menulis soal mengapa orang melakukan perundungan. Saya pikir, tugas penulis adalah mencari tahu hal itu sendiri. Yang menjadi perhatian saya adalah 
-apakah penulis yang masih remaja menganggap merundung sebagai hal yang biasa?
-apakah penulis yang masih remaja mampu memasukkan nilai moral ke dalam cerita?
-apakah penulis-penulis belia ini memahami secara serius dampak psikologis dari perundungan?

Saya harap cerita berbasis perundungan bukan demi keren-kerenan cerita. Hal ini tentu mudah dipahami oleh penulis dewasa yang menulis cerita remaja. Bagaimana dengan penulis remaja yang cara berpikirnya belum mendalam? 

--- Catatan: Terima kasih untuk FWI dan anggotanya yang telah memberi respon positif untuk pertanyaan saya.

Samurai Seven: Siapa Pemenang Sebenarnya



Inilah salah satu cerita terbaik yang pernah saya tonton. Baik versi asli maupun anime sangat menarik. Seven Samurai (1954) memiliki beberapa keunggulan, termasuk tema besar dan penokohannya. Temanya besarnya universal dan abadi, yaitu perjuangan petani untuk hidup. Sebagai kelompok sosial yang rendah, petani harus memastikan ketersediaan beras bagi kota, sementara mereka ditindas bandit dan tetap miskin. Dari segi penokohan, ketujuh 'ronin' (samurai kerja lepas, tanpa tuan, atau freelance) dalam cerita ini memiliki karakterisasi yang jelas perbedaannya satu sama lain.

Secara implisit, Seven Samurai atau versi animenya Samurai 7 (2004) memberi fokus yang besar pada nasib wong cilik yang nyaris tidak memiliki suara dan kekuatan sampai harus menyewa samurai freelance untuk menjaga desa dari geng bandit yang memeras mereka. 

Cerita dan Plot

Versi anime

Alur bergerak dari sebuah desa yang memutuskan untuk melawan geng bandit. Rencananya, mereka menyewa sekelompok ronin yang mau kerja demi makanan (saya selalu mengenang versi animenya, "Will work for rice!"). Setelah menemukan satu pentolan samurai, ia segera mencari enam orang lain. Penduduk desa sebenarnya tidak menyukai dan memercayai mereka, tetapi berkat persiapan yang dilakukan para samurai ini, termasuk melatih penduduk untuk menggunakan senjata, mereka mulai mendapat kepercayaan. Dalam dua serangan, beberapa penduduk desa dan samurai gugur. Pada pertempuran ketiga, akhirnya mereka menang. Akan tetapi, kemenangan itu dicapai dengan tewasnya dua samurai samurai. Tinggal tiga yang masih hidup. Desa pun berpesta. Pemimpin samurai menyadari dalam hal ini, penduduk desalah pemenangnya. 
Untuk sinopsis lengkap bahasa Indonesia bisa dibaca di sini.

Sebagai sebuah film yang panjang, Seven Samurai memiliki keunggulan dengan menampilkan ironi, sarkasme, dan penggambaran (imagery). Hampir semuanya berhubungan dengan status sosial (samurai merupakan kelas yang lebih tinggi daripada petani dan menjadi 'konflik' tersendiri untuk disewa petani), keadilan dan kelembutan (etos samurai), proteksi (kisah penculikan perempuan oleh para bandit), harapan, kematian, dan soal nasib.

Ceritanya sendiri bergerak dalam plot paralel, terutama dalam adegan perang, antara desa dan bandit. Selain masalah desa dan bandit, ada plot-plot personal. Misalnya ada samurai yang darah aslinya petani, tetapi berusaha keras kelihatan seperti samurai sejati. Ada kisah cinta antara samurai termuda dan kembang desa yang ditentang ayah si gadis. Ada sedikit gambaran antara hubungan pertemanan lama si ketua suamurai dan temannya yang keduanya veteran perang. Ada petani yang istrinya diculik (dan kalau gak salah diperkosa juga), tetapi tetap mencintainya. Ini yang membuat cerita yang kelihatan sederhana. Namun, ia memiliki kompleksitas.

Sutradara

Karya-karya Kurosawa Akira tergolong visioner dan memiliki sinematografi yang apik. Ia terkenal sebagai sutradara yang karyanya dianggap fenomenal dan sepertinya sering dijiplak. Django (1966) dan Magnificent Seven (1960) boleh dibilang contoh jiplakannya. Kalau kalian cek Wikipedia di bagian Legacy, daftar film yang digadang sebagai jiplakan, terinspirasi, maupun homage bagi Seven Samurai bersifat lintas negara, kultural, dan generasi. Star Wars dan A Bug's Life, termasuk di dalamnya. 

Seorang teman saya pernah berkata, mungkin hanya dua film Kurosawa yang tidak pernah dibajak: Ran (1985) dan Dreams (1990). 

Narasumber

"Mengapa film Seven Samurai dianggap sebagai film terbaik?" oleh Anne Bilson untuk BBC Culture. Artikel terjemahan. 14 November 2018.
https://www.bbc.com/indonesia/vert-cul-46175940
(diakses 27 April 2020)

"Seven Samurai" oleh GradeSaver
https://www.gradesaver.com/seven-samurai
(diakses 27 April 2020)

"Seven Samurai Summary" oleh Shmoop. 
https://www.shmoop.com/study-guides/movie/seven-samurai/summary
(diakses 27 April 2020)

Pencarian Artikel

Entri yang Diunggulkan

Samurai Seven: Siapa Pemenang Sebenarnya

Inilah salah satu cerita terbaik yang pernah saya tonton. Baik versi asli maupun anime sangat menarik. Seven Samurai (1954) memiliki be...

Artikel Terpopuler Minggu Ini