Tulisan ini merupakan opini saya dari sebuah pertanyaan di Quora tentang kelemahan novel Indonesia di Wattpad atau media lainnya. Sebagai kenang-kenangan dan arsip, jawaban saya atas sebuah pertanyaan akan saya pos di blog.
Saya tambahkan dari yang sudah ada:
- Pengarang jumawa yang kalau dikritik bisa ngamuk atau fans-nya (saya lebih suka menyebut 'dayang-dayang') yang maju perang. "Pokoknya cerita saya sudah sempurna" atau malah defensif: "Kan, saya masih pemula". Kritik masih dianggap tabu dan menjatuhkan.
- Kemampuan berpikir kreatif yang masih anjlok. Cerita satu pengarang mirip-mirip dengan yang lain, serasa baca fotokopian. Apa yang lagi tren ditiru. Yang penting instan terkenal. Akhirnya cerita biasa saja.
- Karena mengharap yang serba instan, isi bukan prioritas. Tulisan berantakan, PUEBI nol, logika jongkok tidak mengapa. Yang penting dibaca 15 juta kali.
- Usia 13 - 15 tahun sudah jago bikin cerita selengkengen. Bahkan tidak malu-malu bikin promo di grup-grup di FB. Namanya cerita selengkengan ya jangan harap ada kualitasnya. Itu pun saya dengar banyak diterbitkan oleh penerbitan, meski bagian lendirannya dibuang.
- Untuk yang sudah berumur sama saja, nulis cerita selengkengan berbalut malam pertama, pelakoran, perkosaan, inses, dan sejenisnya. Ini biasanya di grup emak-emak menulis.
- Cerita superklise yang dimulai dengan bangun tidur, hari pertama sekolah, tabrakan terus jadi suka. Atau super-salah kaprah seperti psikopat bucin, CEO yang kerjanya cuma ngurusin sekretarisnya (gak jelas perusahaannya di bidang apa, tidak pernah ada jargon ekonomi, yang penting perutnya ada 12 roti deret).
- Selera pembaca yang ingin cerita yang ringan, bahkan pernah saya lihat meminta cerita minim (atau bahkan tanpa) konflik. Jadi tidak ada bedanya dengan sinetron televisi dengan target penonton gak mau mikir dan bisa sambil menyetrika.
Dengan tren dan keinginan seperti di atas, ya jangan mengharap cerita di Wattpad (dan beberapa aplikasi yang terkenal dengan iklan berbau perlendiran) bagus. Ini berbeda dengan sistem di Storial, Kwikku, atau Cabaca yang memang didampingi editor (beneran). Tidak adanya kontrol membuat orang bebas menulis apa saja dan karena budaya instan, jauh lebih penting eksistensi ketimbang kualitas. Plus ketidakbolehan untuk dikritik membuat pengarang hidup dalam tempurungnya.
Itu jawaban saya yang hanya melengkapi jawaban-jawaban yang sudah masuk. Saya tidak bilang cerita di Wattpad jelek semua. Namun, inilah wajah mayoritas kualitas tulisan di Wattpad: tema seragam, isi fotokopian, ketidakmampuan berpikir logis dan kreatif, mengutamakan eksistensi sehingga urusan moral (dan hukum) nanti saja dipikirkan. Yang penting dibaca 15 juta kali, kan?
Punya opini sendiri? Boleh tulis di kolom komentar.