4 Cara Hebat Membuat Dialog yang Buruk


Jelas, saya bukan menganjurkan Anda membuat dialog yang buruk. Ini semacam ironi. Gawatnya, dialog-dialog buruk ini sering dilakukan oleh para pemula. Ini catatan pribadi saja dari seringnya memberi krisar.

Kebanyakan Basa-Basi

Biasanya isi obrolan tidak penting. Saling sapa, bertanya tentang cuaca atau anak, dan sejenisnya.

Adegan 1:
Sekelompok ibu sosialita berdatangan ke sebuah kafe. Tokoh-tokohnya segera sibuk cipika-cipiki sambil menanyakan kabar. Adegan ini bisa memakan dua halaman.

Adegan 2:
Ini adegan favorit untuk saya cela. Pagi hari sebuah keluarga siap melakukan aktivitas. Mulailah obrolan basa-basi antara orang tua dan anak. Intinya, sih, cuma buat memperkenalkan tokoh (dan seringkali tokoh-tokoh ini nantinya tidak penting).

Tidak Fokus

Klik gambar dan unduh
Isi obrolan melompat dari satu persoalan ke persoalan lain yang tidak berhubungan sama sekali dalam satu adegan. Sepuluh baris ngomongin masalah A, lalu 7 baris ngomongin B, terus C, kalau perlu balik lagi ngomongin masalah A. Habis berlembar-lembar, padahal bisa dipadatkan hanya satu topik.

Obrolan Permukaan

Kita sudah belajar soal teks, subteks, dan konteks. Jika sebuah cerita hanya memiliki obrolan permukaan (teks) saja di sepanjang cerita, hasilnya jadi membosankan.

Adegan 3:
Betapa ajaibnya cerita teenlit ini kalau si cowok begitu melihat cewek cantik langsung ngomong, “Saya mau tahu nama kamu. Kasih tahu saya sekarang juga.”. Bandingkan dengan “Boleh kenalan?”

Obrolan Sia-Sia

Ini juga pembahasan favorit saya. Obrolan ini tidak jelas kaitannya dengan jalan cerita. Obrolan selingan saja. Boleh dibilang cuma sempalan.

Adegan 4:
Di kantin bercanda panjang lebar dengan Bu Kantin. Isinya yang penting jokes.

Adegan 5:
Dua remaja rehat latihan basket, ngobrol soal kucing yang baru melahirkan. Panjangnya sampai lima halaman.

***

Cerita tidak sama dengan dunia nyata. Dalam dunia nyata obrolan terjadi spontan sehingga topiknya sering melompat sana-sini, penuh basa-basi, dan tidak masalah jika terpotong atau ada topik lain yang menarik. Dalam mengarang, semua monolog dan dialog harus terukur. Semua ucapan harus berkaitan dengan kejadian sebelumnya atau membentuk adegan selanjutnya. Tidak boleh ada ucapan yang sia-sia.

Nah, sekarang periksa lagi tulisan Anda. Buang-buang kertas atau tidak?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pencarian Artikel

Entri yang Diunggulkan

Samurai Seven: Siapa Pemenang Sebenarnya

Inilah salah satu cerita terbaik yang pernah saya tonton. Baik versi asli maupun anime sangat menarik. Seven Samurai (1954) memiliki be...

Artikel Terpopuler Minggu Ini