Tampilkan postingan dengan label Sudut Pandang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sudut Pandang. Tampilkan semua postingan

Resensi: Rengkuh

 


Judul: Rengkuh
Pengarang: Susi Nurkhofsyah
Penerbit: Laksana/Diva Press
Halaman: 286
Cetakan: pertama, 2020


Cerita Rengkuh mengambil latar di perkampungan dengan kesulitan ekonomi yang harus diatasi tokoh-tokohnya. Radif, tokoh utamanya, seorang anak yang cuek, yang lebih senang bermain ketimbang belajar. Ini sangat berbeda dengan Ratna yang sangat senang membaca, cerdas, dan kritis. Mereka berteman sejak kecil, tepatnya sejak Ratna dan kakak-kakaknya dititipkan ke rumah nenek mereka. 


Ratna sendiri mengagumi ibu Radif yang bisa membiayai dirinya sekolah. Apa yang dilakukan ibu Radif membuat Ratna punya tekad untuk bekerja ke luar negeri, tepatnya menjadi TKW.


Sementara itu Radif akhirnya memutuskan bekerja dengan kehidupan yang tidak begitu layak. Akhirnya dia memutuskan untuk 'tobat', menyelesaikan sekolah, lalu kembali bekerja sambil kuliah. Dia kemudian bertemu seorang perempuan yang kelak dinikahinya.


Problem Pedesaan

Sebagai orang kota, saya tidak dekat dengan problem orang di pedesaan. Saya jelas tidak akan bisa membayangkan kehidupan yang miskin, yan sebenarnya itu seperti apa. Tetangga nyinyir, biang gosip, dan berita yang mudah tersebar barangkali bukan hal yang terlalu asing, tetapi bagaimana pola pikir kehidupan di desa, bagaimana ekonomi diputar, jelas menarik untuk dibaca. 

Rengkuh memiliki hal tersebut. Detail cerita bekerja sebagai TKW (dan tenaga kerja pria) di luar negeri, misalnya, sangat detail. Orang awam mungkin hanya menganggap dan menjadi pembantu/asisten rumah tangga di luar negeri ya tinggal berangkat dengan pelatihan ini dan itu. Ternyata banyak aspek yang perlu diperhatikan, termasuk soal hukum. 

Beberapa bulan setelah membaca Rengkuh, saya mendapati berita David vs. Goliath antara TKW dan seorang taipan di Singapura, yang sempat menjadi isu penting. Menarik bahwa proses hukum dan apa yang terjadi dalam Rengkuh, selaras dengan kehidupan nyata. Berita tersebut bisa dibaca di https://www.bbc.com/indonesia/dunia-54241517

 

Sudut Pandang

Dari segi cerita, saya rasa sudah cukup baik. Sebagian besar sudut pandang dari tokoh Radif, menggunakan 'aku' sehingga terasa sangat personal. Setelah lebih dari setengah, baru ada sisi dari Ratna, juga menggunakan 'aku'.

Kritik saya, karena cerita memakai narasi 'aku', tetapi judul bab pakai angka, terjadi kerancuan. Pembaca masih mengira ini cerita dari Radif, ternyata pindah ke Ratna. Apalagi karena dari awal semuanya narasi Radif. Pembaca seperti tidak diberi tanda-tanda. Jadi, ke depannya saya harap ada pemisahan yang jelas antarbab, misalnya dengan menjadikan nama tokoh sebagai judul, jika menggunakan beberapa sudut pandang dalam cerita.

Selebihnya, lebih baik langsung beli sendiri untuk kepuasan membaca sendiri.

Pencarian Artikel

Entri yang Diunggulkan

Samurai Seven: Siapa Pemenang Sebenarnya

Inilah salah satu cerita terbaik yang pernah saya tonton. Baik versi asli maupun anime sangat menarik. Seven Samurai (1954) memiliki be...

Artikel Terpopuler Minggu Ini