Pesan Moral (yang Menggurui)



Entah mengapa cerita-cerita kita senang sekali membuat tokoh yang datang untuk menggurui, menguliahi, menceramahi, ataupun mencekoki tokoh lain dengan nasihat. Datangnya entah dari orang tua, orang yang dituakan, teman superbijak, ketua RT, dan entah siapa lagi. Saya pernah melihat sebuah karya penulis amatir yang berisi tiga orang teman dan dalam 1 bab ada sekitar tiga hingga empat petuah beruntun di antara mereka mulai dari tidak boleh keluar tanpa pendamping, sampai urusan mencuri itu salah. Wow. 

Saya tidak bermasalah dengan pesan moral. Setiap karya fiksi punya pesan moral. Masalahnya, di Indonesia telah terjadi salah kaprah bahwa pesan moral itu harus selalu verbal. Dari buku anak hingga dewasa isinya petuah verbal. Tidak boleh begini, harus begitu, ini salah, itu dosa, anu bisa dipenjara, dst. Ini berbeda dengan buku atau film luar yang merangsang pembaca atau penontonnya untuk berpikir sendiri dan mengekspresikan pendapat mereka tentang moral atau pesan cerita. 

Tentu saya tidak menolak kenyataan bahwa tidak semua pembaca dan penonton bisa menangkap pesan tersirat. Jika mereka kurang atau tidak berpendidikan, lebih mudah untuk menyampaikan pesan secara eksplisit. Jenis penikmat cerita yang hanya menjadikan cerita sebagai hiburan, misalnya kelas pekerja, mungkin lebih tepat dengan pesan instan ketimbang harus merenung. Itu sebabnya, saya tidak protes jika sinetron di televisi yang gratis kita tonton, bersifat kering, menggurui, dan membosankan. Target penontonnya bukan pencari intelektual. 

Hal yang ingin saya sorot adalah buku atau sinema yang seringkali untuk remaja, mahasiswa, dan orang kritis, dipaksa untuk tetap menerima pesan dengan format sinetron dan moral menggurui. Dan yang menjadi masalah menurut saya:

1.Pesan yang literal, verbal, eksplisit, dan menggurui terasa membosankan. Kenapa? Karena si penulis sering membiarkan tokoh berceramah tentang masalah yang sudah diketahui pembaca: membunuh itu salah, mencuri bisa dipenjara, mem-bully tidak baik. Semua orang sudah tahu. Kenapa harus memberi tahu apa yang sudah diketahui pembaca/penonton?

2.Pengarang membuat seolah-olah audiens orang bodoh. Tidak ada audiens yang bodoh. Pengarang harus meletakkan audiens sebagai rekan ketimbang 'bawahan yang dungu dan harus disuapi pengetahuan'. Ini berkaitan dengan poin berikutnya.

3.Pengarang tidak sanggup menahan ego untuk tidak menggurui. Saya tahu 'berbagi kebaikan itu penting'. Namun, pengarang harus ingat bahwa dia mengerjakan cerita, bukan buku kumpulan petuah. Kadang, begitu banyak petuah yang dia sampaikan, sampai-sampai tidak ada hubungannya dengan jalan cerita. 

4.Cerita adalah kumpulan konflik. Jika ada yang datang, memberi nasihat, lalu nasihatnya dituruti, konflik telah selesai. Cerita pun ikut selesai. Dan ini berkaitan dengan poin selanjutnya.

5.Deus ex machina adalah jenis plot twist yang tidak disarankan. Plot twist ini menghadirkan tokoh sebagai pamungkas masalah dengan cara yang tidak masuk akal. Aslinya merujuk pada drama Yunani/Romawi kuno yang sering mengakhiri cerita dengan datangnya sang dewa untuk menyelesaikan masalah. Dan itu sebabnya mereka nongol terakhir karena setelah itu cerita pun langsung selesai. Baca Deus ex machina di sini.

Kesimpulannya:
A.Cerita yang menggurui mematikan cerita.
B.Cerita yang menggurui mematikan perjuangan tokoh karena masalah diselesaikan dengan petuah.
C.Pembaca/Penonton tidak diberi kesempatan untuk meresapi secara intelektual dan batiniah atas pesan yang ada.

Untuk memahami lebih lanjut, baca Pesan Moral (yang Menggurui), "Moral dan Mentor" dan "Moral: Apa dan Bagaimana".

3 komentar:

  1. Sebaiknya biarkan readers mengambil kesimpulan sendiri. Kecuali buku yang dibaca tentang petuah-petuah ya ka? ☺️

    BalasHapus
  2. Sebaiknya biarkan readers mengambil kesimpulan sendiri. Kecuali buku yang dibaca tentang petuah-petuah ya ka? ☺️

    BalasHapus

Pencarian Artikel

Entri yang Diunggulkan

Samurai Seven: Siapa Pemenang Sebenarnya

Inilah salah satu cerita terbaik yang pernah saya tonton. Baik versi asli maupun anime sangat menarik. Seven Samurai (1954) memiliki be...

Artikel Terpopuler Minggu Ini