
Mana yang benar:
'dijakarta' atau 'di Jakarta'
'di sini' atau 'disini'
'di tusuk' atau 'ditusuk'
'bukunya' atau 'buku nya'
'ku ambil' atau 'kuambil'
'budi, eliza, roni' atau 'Budi, Eliza, Roni'
Bukan sekali saya melihat orang menulis 'dijakarta'. Mayoritas malah menulis 'disini' dan 'di tusuk'. Juga banyak yang menulis -nya dan ku- terpisah. Menulis nama orang tanpa huruf kapital? Banyak pelakunya.
Kesalahan berbahasa seperti contoh di atas, sepertinya sudah mendarah daging bagi orang Indonesia, termasuk pengarang. Padahal, contoh di atas telah dipelajari sejak SD. Ini kesalahan yang mendasar dan harus cepat diperbaiki.
Ada banyak yang bisa dilakukan. Misalnya:
- baca ulang pelajaran bahasa Indonesia dari masa SD,
- ke perpustakaan sekolah (meski sebagai alumni),
- cari buku ketatabahasaan di toko buku (atau yang online), buku baru maupun bekas.
- telusuri internet. Banyak sekali bahan kebahasaan di sana,
- berguru atau bertanya pada guru bahasa (meski sudah jadi alumni)
- download Permendikbud 2015 tentang PUEBI dan KBBI V. Gratis.
Bahasa itu kompleks. Bahasa juga butuh latihan.
Kita sering menganggap sepele bahasa. Kita menganggap mempelajari bahasa itu tidak penting. Apalagi bahasa Indonesia. Lucunya, kita ini ngaku-ngaku pengarang. Menulis cerita juga pakai bahasa Indonesia. Karena menganggap sepele, kita tidak sadar bahwa bahasa itu kompleks. Bahasa juga butuh latihan. Tidak bisa hanya sekali baca aturannya lalu hapal dan langsung menerapkan.
Jadi, sebagai saran terakhir dari tulisan ini:
- selalu perbarui pengetahuan Anda soal berbahasa,
- lakukan latihan menulis untuk mengecek apakah kalimat Anda sudah efisien, tepat sasaran, dan secara struktur benar, dan
- selalu anggap diri Anda sebagai editor minor yang akan memastikan tidak ada saltik dan kesalahan-kesalahan berbahasa yang seharusnya bisa Anda hindari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar