Cantik Itu Luka (1)


Sudah baca Cantik Itu Luka (Eka Kurniawan)? Saya akan bahas buku ini, sedikit, dengan mengaitkannya pada genre magical realism yang saya bahas beberapa hari silam. Saya ingatkan bahwa novel ini mengandung banyak adegan kekerasan seksual. Untuk yang berusia bawah 20 tahun, tidak perlu membaca tulisan saya maupun novelnya (jarang-jarang terbit ulang). Untuk yang cukup umur dan belum baca, pembahasan di bawah mengandung spoiler.

Magical realisme memiliki ciri kunci:
- merupakan sastra serius
- di dalamnya ada hal yang magis (bisa supranatural atau makhluk fantasi), tetapi menjadi bagian dari normal atau biasa saja. Kebalikannya, hal yang normal menjadi luar biasa atau ajaib atau aneh.
- mengikuti pakem aslinya, genre ini berisi kritik sosial atau politik.

Cantik Itu Luka pada testimoni yang ditulis di sampulnya, dianggap oleh satu orang sebagai surealisme dan satunya lagi menyatakannya sebagai magical realism. Jadi, di mana posisi buku ini sebenarnya?

Sebelum masuk ke sana, saya ringkaskan dulu cerita Cantik Itu Luka:
Dewi Ayu sudah lama mati, mendadak bangkit dari kubur dan pulang ke rumah. Di sana, pembantunya yang setia masih hidup dan anaknya yang keempat, Cantik, sudah besar. Sewaktu hamil Dewi Ayu berharap anaknya yang bungsu ini lahir seburuk-buruknya rupa agar nasibnya tidak seperti dirinya atau kakak-kakaknya. Cantik pun lahir dengan tampilan fisik mengerikan dan ditakuti. Sewaktu lahir, Dewi Ayu tidak pernah mau melihat dirinya dan tidak tahu anak itu luar biasa jelek. Sekian hari setelah melahirkan, sesuai dengan ramalannya sendiri, Dewi Ayu sang pelacur nomor satu itupun meninggal.
Setelah bangkit dari kematian, suatu hari ia mendengar suara-suara aneh dari kamar Cantik dan kemudian mengetahui anak itu hamil. Cantik mengklaim yang menghamilinya seorang pria. Namun, baik Dewi Ayu maupun pembantunya pernah melihat adanya pria di kamar itu.

Cerita kemudian ditarik mundur ketika zaman kolonial. Dewi Ayu yang tinggal sendiri setelah keluarganya (kakek-nenek) tewas dalam usaha melarikan diri dari kedatangan Jepang, memutuskan untuk paksa menikah dengan pria tua. Pria itu kemudian bunuh diri.
Dalam pendudukan Jepang Dewi Ayu akhirnya dijadikan pelayan seks prajurit sampai akhirnya ia hamil. Setelah Jepang pergi, Dewi Ayu kembali ke rumahnya. Ia tetap jadi pelacur dan kemudian memiliki 2 lagi anak. Cerita kemudian beralih pada kehidupan cinta anak-anaknya dan pria-pria yang mendekati mereka, sampai mereka punya anak dan bagaimana cucu-cucu Dewi Ayu itu menjadi penutup tragedi yang berjalan dari tahun masa kolonial hingga tahun 1997.

Setelah saya baca sampai habis, saya cenderung setuju dengan pendapat kedua yang menganggap cerita ini masuk genre magical realism meski ada sedikit kegamangan. Alasan saya:
A. jelas buku ini masuk sastra serius berdasarkan topik yang dibahas (sejarah, makhluk halus, seksualitas, perkosaan)

B. jelas ada hal yang 'magis':
- Tokoh 'Cantik' lahir sesuai harapan ibunya: jelek setengah mati,
- Ibu (Dewi Ayu) yang sudah mati sekian tahun, hidup kembali,
- Adanya 'hantu komunis', 'hantu jepang', jailangkung, babi ngepet, dll,
- Hamil 'angin'

  Yang sedikit mengganggu saya, masyarakat sekitar menganggap kematian dan bangkitnya si Dewi Ayu sebagai sesuatu yang ajaib. Namun, orang-orang di sekitar Dewi Ayu seperti pembantunya dan si Cantik tidak menganggap kejadian itu ajaib. Dengan kenyataan masih ada yang menganggap keanehan itu biasa saja, saya putuskan untuk memasukkannya ke genre magical realism.

C. ada kritik sosial dan politik. Sejarah perang kemerdekaan, masa pendudukan Jepang, naiknya partai komunis dan pembunuhan massal, dari sisi politik. Dari sisi sosial, persoalan jugun ianfu, pelacuran, premanisme, perempuan dan seksualitas, superioritas pria; menjadi tema sentral buku ini.

Semuanya cocok dengan ciri magical realism. Meski sepertinya tidak serumit 100 Years of Solitude (Gabriel Marcia Marquez), Cantik Itu Luka juga mengambil rentang cerita cukup panjang, dengan 5 generasi (jika dihitung dari kakeknya Dewi Ayu) dari sebuah keluarga. Mungkin perbedaan besarnya terletak pada topik penguasaan tubuh perempuan sebagai tema utama Cantik Itu Luka.

Pembicaraan tentang teknis penulisan Cantik Itu Luka akan saya bahas pada artikel terpisah. Buku ini buat saya termasuk game changer setelah Saman. Pertanyaannya, kalian berani atau tidak, membuat cerita dengan kompleksitas seperti ini?

Catatan: pembahasan lengkap magical realism ada di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pencarian Artikel

Entri yang Diunggulkan

Samurai Seven: Siapa Pemenang Sebenarnya

Inilah salah satu cerita terbaik yang pernah saya tonton. Baik versi asli maupun anime sangat menarik. Seven Samurai (1954) memiliki be...

Artikel Terpopuler Minggu Ini